BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belum terdapat pada zaman Nabi Muhammad SAW. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabi dalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberikan contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ide-ide pembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan pada masa sekarang. Orang Mekah Arab yang tadinya menyembah berhala, musyrik, kafir, kasar, dan sombong maka dengan usaha kegiatan Nabi mengIslamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadi penyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan itu Nabi telah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan sekaligus berarti bahwa Nabi SAW adalah seorang pendidik yang berhasil. Perubahan dan tingkah laku yang sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilan.
Maka pendidikan Islam itu lebih
banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal
perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi
lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga
praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh. Oleh karena
itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan
karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi
masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan
Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.(1)
Pendidikan Islam mengalami
beberapa fase perkembangan seiring dengan perkembangan agama Islam itu sendiri.
Dimulai dari pada masa Nabi Muhammad SAW, kemudian dilanjutkan pada masa
Khulafaur Rasyidin, dan mencapai masa kegemilangan pada masa Khalifah-Khalifah
yang memerintah Negara Islam silih berganti. Sampai akhirnya Islam mengalami
kemunduran yang juga turut mempengaruhi pendidikan Islam.
Kemudian pendidikan Islam mengalami
masa kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini
pendidikan Islam mulai naik kembali dengan beberapa tokoh pembaharu Islam.
B. Rumusan Masalah
Objek pembahasan dalam
Makalah ini selanjutnya dijabarkan melalui rumusan masalah antara lain :
1.
Bagaimana
pendidikan Islam pada masa pembaharuan ?
2.
Siapa
saja tokoh pembaharuan pendidikan Islam masa pembaharuan, dan sejauh mana
kontribusi mereka dalam pendidikan Islam ?
3.
Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan Islam masa pembaharuan ?
C. Tujuan Penyusunan Makalah
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Tersturuktur Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam SIAI Al-Ihya Kuningan. Selain itu juga untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan mengenai pendidikan Islam pada masa pembaharuan Islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Pembaharuan
Dalam Islam
Tercatat beberapa nama ulama besar yang berperan sebagai pembaharu bidang pendidikan Islam yang muncul di Timur Tengah, seperti Muhammad Ali Pasya, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dari Mesir. Kemudian tercatat nama Muhammad Iqbal dari India dan sebagainya. Pada masa kemunduran Islam abad 13-18, segala warisan filsafat dan ilmu pengetahuan diperoleh Eropa dari Islam, ketika umat Islam larut dalam kegemilangan sehingga tidak memperhatikan lagi pendidikan, maka Eropa tampil mencuri ilmu pengetahuan dan belajar dari Islam. Eropa kemudian bangkit dan Islam mulai dijajah dan mengalami kemunduran. Hampir seluruh wilayah dunia Islam dijajah oleh Bangsa Eropa termasuk Indonesia.
Penemuan-penemuan baru
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi muncul di Eropa. Misalnya dalam bidang
mesin, listrik, radio, yang semuanya itu menunjang semakin kuatnya Eropa
terhadap dunia Timur bahkan sampai ke Indonesia. Dunia jadi berbalik, dunia
Timur terpukau dan terbius kemujuan yang dialami Eropa.
Sebenarnya kesadaran akan
kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari Bangsa Eropa telah timbul mulai
abad ke 11 sampai ke 17 Masehi. Dengan kekalahan-kekalahan yang diderita oleh
Turki Utsmani dalam peperangan dengan Negara-Negara Eropa. Mereka mulai
memperhatikan kemajuan yang dialami Eropa dengan mengirimkan utusan-utusan
untuk mempelajari kemajuan Eropa terutama dari Prancis dan didirikan
sekolah-sekolah Militer di Turki pada tahun 1734.(2)
Dalam membuka mata kaum
muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbul
berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, untuk mengejar
ketertinggalan dan keterbelakangan, termasuk usaha-usaha dibidang pendidikan.(3)
Kebangkitan kembali umat
Islam khususnya bidang pendidikan Islam adalah dalam rangka untuk pemurnian
kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor-pelopor di berbagai daerah
masing-masing. Adapun mereka mengemukakan opini kebangkitan dengan mengacu
kepada tema yang sama yaitu :
a.
Mengembalikan
ajaran Islam kepada unsur-unsur aslinya, dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an, Hadist
dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul, dan mistik.
b.
Menyatakan
dan membuka kembali pintu ijtihad setelah beberapa abad dinyatakan ditutup.(4)
B. Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
Dengan memperhatikan berbagai macam sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak pada masa sebelumnya, dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh Bangsa Eropa, maka pada garis besarnya terjadi tiga pola pemikiran pembaharuan pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut adalah :
1)
pola
pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pola pendidikan modern di
Eropa,
2)
golongan
yang berorientasi pada sumber Islam yang murni,
3)
usaha
yang berorientasi pada Nasionalisme.
1. Pola pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada pendidikan modern di Barat.
Mereka
berpandangan, pada dasarnya kekuatan dan kesejahteraan yang dialami Barat
adalah hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka
capai. Golongan ini berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh Barat sekarang ini
merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah
berkembang di dunia Islam. Maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat
Islam, sumber kekuatan itu harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain
adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan
efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Pembaharuan pendidikan
dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M
setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa
itu. (5)
Pada dasarnya, mereka
(golongan ini) berpandangan bahwa pola pendidikan Islam harus meniru pola Barat
dan yang dikembangkan oleh Barat, sehingga pendidikan Islam bisa setara dengan
pendidikan mereka. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam
adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola
pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya.(6) Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju.
2.
Golongan yang berorientasi pada sumber Islam yang murni.
Mereka
berpendapat bahwa sesungguhnya Islam itu sendiri merupakan sumber dari kemajuan
dan perkembangan peradaban Ilmu Pengetahuan modern. Dalam hal ini Islam telah
membuktikannya. Sebab-sebab kelemahan umat Islam meurut mereka adalah karena
tidak lagi melaksanakan ajaran Agama Islam sebagaimana mestinya. Ajaran Islam
yang sudah tidak murni lagi digunakan untuk sumber kemajuan dan kekuatan. Pola
ini dilakukan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin Al-Afghani, dan
Muhammad Abduh.(7)
Disamping
itu, dengan berhentinya perkembangan ilmu yang ditandai dengan penutupan pintu
ijtihad, umat Islam telah kekurangan daya untuk mengatasi problematika hidup
yang menantangnya sebagai akibat dari perubahan dan perkembangan zaman. Pola
pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian
dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani (akhir abad 19 M). Menurut
Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an
dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan.
Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua
keadaan.
Dalam
hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan
kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan
mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad
harus dibuka.(8)
Menurut
Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana
dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan
kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam
yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi
Islam. Ajaran Islam sebenarnya hanya tinggal dalam ucapan dan diatas kertas. (9) Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran
Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau
manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.(10)
3. Usaha yang berorientasi kepada Nasionalisme.
Golongan
ini melihat di Barat rasa Nasionalisme ini timbul bersamaan dengan
berkembangnya pola kehidupan modern sehingga mengalami kemajuan yang
menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan ini pada umumnya
mendorong Bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan
nasionalisme mereka masing-masing. Yang mendorong berkembangnya nasionalisme
adalah karena kenyataannya mereka terdiri dari berbagai bangsa dengan latar
belakang dan sejarah perkembangan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.(11)
Golongan
ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan
kondisi objektif umat Islam yang bersangkutan. Dalam usaha mereka bukan semata
mengambil unsur-unsur budaya Barat yang sudah maju, tetapi juga mengambil unsur
dari budaya warisan bangsa yang bersangkutan. Ide kebangsaan inilah yang
akhirnya menimbulkan timbulnya usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan
pemerintahan sendiri dikalangan pemeluk Islam. Sebagai akibat dari pembaharuan dan
kebangkitan kembali pendidikan ini terdapat kecendrungan dualisme sistem
pendidikan kebanyakan negara tersebut, yaitu sistem pendidikan modern dan
sistem pendidikan tradisional. (12)
Aliran
Pembaharuan Barat, Islam dan Nasionalis di Turki
Munculnya aliran-aliran
pembaharuan di Turki secara tak langsung membawa dampak pada pembaharuan
pendidikan di sana. Timbulnya 3 golongan yang mempertahankan pendapat
masing-masing yaitu golongan yang mengambil Barat sebagai contoh, golongan yang
mempertahankan Islam dan golongan nasionalisme. Pada mulanya kriteria agamalah
yang dipakai untuk memperbedakan rakyat yang beraneka ragam dengan
kebangsaannya itu. Kemudian timbul pengelompokan dan akhirnya golongan
nasionalisme menang dan menguasai Turki. Akibat yang ditimbulkan dalam bidang
pendidikan adalah pembaharuan sistem pendidikan yang tetap mempertahankan
tradisionalisme (lebih dekat pada agama), dan golongan modernisme. Yang
akhrinya menimbulkan dualisme pendidikan, yaitu dalam lembaga pendidikan akan
ada sistem pendidikan sekularis yang mengajarkan ilmu-ilmu umum dan sistem
pendidikan tradisionalis-agamis (yang menjagarkan agama).
C. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam
Ada beberapa tokoh
pembaharuan dalam bidang pendidikan Islam yang akan Kami kemukakan, antara lain
yaitu :
1.
Jamaluddin Al-Afghani
a.
Riwayat Hidup
Jamaluddin Al-Afghani
adalah seorang pemimpin pembaharuan dalam Islam yang aktifitasnya
berpindah-pindah dari satu negara Islam kenagara Islam yang lain. Pengaruh
terbesarnya ditinggalkannya di Mesir.
Ia dilahirkan di Mesir tahun 1839 dan
meninggal di Istanbul tahun 1897. Ketika berusia 20 tahun ia telah menjadi
pembantu Pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi
penasehat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat menjadi Perdana Menteri oleh
Muhammad A’zam Khan. Dalam hal itu, Inggris telah mulai mencampuri urusan
politik Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afghani memilih pihak
yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah, dan Al-Afghan
memilih meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India tahun 1869. Di
Inggris ia juga tidak merasa bebeas bergerak, karena negara itu telah jaruh
kepihak Inggris, dan ia pindah ke Mesir tahun 1871. Ia menetap di Cairo mulanya
menjauhi persoalan politik Mesir dan pemusatkan perhatian pada bidang ilmiah
dan sastra Arab. Di tempat ia tinggal kemudian menjadi tempat pertemuan
murid-muridnya. Disanalah ia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Muridnya
berasal dari berbagai golongan, seperti orang pemerintahan, pengadilan, dosen
dan mahasiswa Al-Azhar serta perguruan tinggi lain.(13)
Dari Mesir ia pergi ke
Paris dan disanalah ia mendirikan perkumpulan Al-Urwatul Al-Wusqa yang
anggotanya terdiri dari orang Islam Mesir, India, Suria, Afrika Utara dan
lain-lain. Diantara tujuan yang hendak dicapai adalah memperkuat rasa
persaudaraan, membela Islam, dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Majalah
Urwah Al-Wusqa, yang diterbitkan perkumpulan ini cukup terkenal termasuk di
Indonesia. Kemudian, pada tahun 1892 ia pergi ke Istanbul atas undangan Sultan
Abdul Hamid, namun kemudian ia terjebak dan tidak bisa keluar dari Istanbul
karena dijadikan tahanan hingga ia wafat pada tahun 1897.(14)
b.
Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Pemikiran pembaharuan yang dilakukan
Al-Afghani adalah didasari pada pendapatnya bahwa Islam adalah relevan pada
setiap zaman, kondisi, dan bangsa. Untuk itu kemunduran umat Islam adalah
karena tidak diterapkannya Islam dalam segala segi kehidupan dan meninggalkan
ajaran Islam murni. Jalan untuk memperbaiki kemunduran Islam hanyalah dengan
membuang segala bentuk pengertian yang bukan berasal dari Islam, dan kembali
pada jaran Islam murni.
2.
Rasyid Ridha
a.
Riwayat Hidup
Rasyid Ridha adalah murid
dari Muhammad Abduh (yang merupakan murid dari Jamaluddin Al-Afghani). Ia lahir
pada 1865 Suria. Semasa kecil ia dimasukkan ke sekolah madrasah tradisional,
kemudian ia meneruskan sekolah ke Sekolah Nasional Islam. Setelah selesai ia
meneruskan ke sekolah agama yang ada di Tripoli, dan banyak belajar dari Al-urawatul
Wusqa Jamaluddin dan Muhammad Abduh. Ia banyak belajar dengan Muhammad Abduh
ketika Muhammad Abduh sedang dalam buangan di Beirut. Ia mulai mencoba
menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di Suria dan mendapat
tantangan dari Pihak Turki Utsmani, lalu ia memutuskan pindah ke Mesir dan
berada di dekat gurunya Muhammad Abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan setelah
itu, ia menerbitkan majalah Al-Manar, yang juga terkenal.(15)
b.
Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Rasyid Ridha merasa perlu
diadakan pembaharuan dibidang pendidikan, dan melihat perlu ditambahkannya
kedalam kurikulum mata pelajaran berikut : teologi, pendidikan moral,
sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, kesehatan, bahasa asing,
disamping fiqih, tafsir, hadist dan lain-lain.(16)
3.
Muhammad Iqbal
a.
Riwayat Hidup
Muhammad Iqbal berasal
dari keluarga golongan menengah di Punjab dan kahir di Sialkot tahun 1867.
Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar disana sampai
memperoleh gelar kesarjanaan MA. Di tahun 1905 ia pergi ke negara Inggris dan
belajar filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke
Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang tasawwuf.(17)
b.
Pemikiran Pembaharuan Pendidikan
Sama dengan pembaharu lainnya,
ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun dikarenakan
kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis.
Untuk memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka
diperlukan sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menanungi seluruh umat
Islam dalam sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah.(18)
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan Islam mengalami
fase kebangkitan kembali yang dinamakan fase pembaharuan. Pada fase ini
pendidikan Islam mulai naik dengan beberapa tokoh yang menjadi pelopor.
Kebangkitan kembali umat Islam khususnya bidang pendidikan adalah dalm rangka
untuk pemurnian kembali ajaran-ajaran Islam dengan pelopor di berbagai daerah
seperti Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Pembaharuan di
Turki, dan Muhammad Iqbal di India.
Adapun mereka mengemukakan tema
kebangkitan dengan opini / ide dasar yaitu :
a.
Mengembalikan
ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan Al-Qur’an dan Hadist,
dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan mistik.
b.
Menyatakan
dan membuka kembali pintu ijtihad.
Terjadinya tiga pola pembaharuan
pemikiran pendidikan Islam. Ketiga pola tersebut yaitu :
a. Pola pembaharuan yang
berorientasi pada pola pendidikan Barat.
b. Golongan yang
berorientasi pada sumber Islam yang murni.
c. Usaha yang berorientasi
pada Nasionalisme.
FOOT
NOTE
1.
Dr. Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam.
Bumi Aksara. Jakarta. 1991. Hal : 28.
2.
Drs.
Edi Yusrianto, M.Pd. Lintasan Sejarah Pendidikan Islam. Pekanbaru : Intania
Grafika. Hal : 52.
3.
Dra.
Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 1995. Hal :
117.
4.
Drs.
Edi Yusrianto. Op Cit. Hal : 51.
5.
Ibid.
Hal : 52-53.
6.
Dra.
Zuhairi. Op Cit. Hal : 118.
7.
Drs.
Edi Yusrianto. Op Cit. Hal : 53.
8.
Dra.
Zuhairini. Op Cit. Hal : 122.
9.
Prof.
Dr. Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam. Penerbit Bulan Bintang. Jakarta.
1982. Hal : 55.
10.
Boehori.
Islam Mengisi Kehidupan. Al-Ikhlas. Surabaya. 1982. Hal : 24.
11.
Drs.
Edi Yusrianto. Op Cit. Hal : 53.
12.
Dra.
Zuhairini. Op Cit. Hal : 124.
13.
Prof.
Dr. Harun Nasution. Op Cit. Hal : 50-51.
14.
Ibid.
Hal : 53-54.
15.
Ibid.
Hal : 69-70.
16.
Ibid.
Hal : 71.
17.
Ibid.
Hal : 190.
18.
Ibid.
Hal : 194.
DAFTAR
PUSTAKA
Boehori. Islam Mengisi Kehidupan. 1982. Surabaya : Al-Ikhlas.
Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Ilmu
Pendidikan Islam. 1991. Jakarta : Bumi Aksara.
Prof.
Dr. Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam. 1982. Jakarta : Bulan Bintang.
Yusrianto,
Edi. Lintasan Pendidikan Islam. 2008. Pekanbaru : Intania Grafika.
Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. 1995. Jakarta : Bumi Aksara.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. Yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelasaikan pembuatan
makalah dengan judul “Pendidikan Masa Pembaharuan” dengan tepat waktu. Tidak
lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan
makalah ini sebagai bahan diskusi, orang tua yang selalu mendukung kelancaran
tugas kami, serta pada anggota tim kelompok 6 (enam) yang selalu kompak dan
konsisten dalam penyelasaian tugas ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah
Dasar – dasar Pendidikan.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah
ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang
budiman pada umumnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.
Kuningan, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
……………………………………………………..
|
i
|
|||
DAFTAR ISI
……………………………………………………………….
|
ii
|
|||
BAB
|
I
|
:
|
PENDAHULUAN ………………………………………….
|
1
|
|
|
|
A.
Latar Belakanag Masalah …………….……………..
|
1
|
|
|
|
B. Rumusan Masalah
...................................................
|
2
|
|
|
|
C. Tujuan Penyusunan Masalah
..................................
|
2
|
BAB
|
II
|
:
|
PEMBAHASAN ………………………………………......
|
3
|
|
|
|
A. Pemikiran
Pembaharuan Dalam Islam ....................
|
3
|
|
|
|
B. Pola
Pembaharuan Pendidikan Islam ......................
|
4
|
|
|
|
C. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan
Islam .......
|
7
|
|
|
|
1. Jamaludi
Al-Afghani ............................................
2. Rasyid Ridha
.......................................................
3. Muhammad
Iqbal ................................................
|
8
9
10
|
BAB
|
III
|
:
|
PENUTUP
…………………………………………………
|
11
|
|
|
|
Kesimpulan ………………………………………………..
|
11
|
FOOT NOTE
………………………………………………………………
|
12
|
|||
DAFTAR
PUSTAKA ………………………………………………………
|
13
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar