BAB I
PENDAHULUAN
Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif
lainnya. Proses terkendali biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan
membutuhkan kesadaran untuk dapat mengarahkan atensi secara terkendali.
Biasanya proses terkendali membutuhkan waktu lebih lama untuk dilakukan, karena
dilakukan secara bertahap.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ATENSI
Atensi atau perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi
dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif
lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang
terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap
rangsang tertentu[1].
A. Sifat Atensi
Sumber daya mental manusia yang terbatas untuk memroses
suatu rangsang membutuhkan bantuan untuk mempercepat waktu reaksi.
Mengarahkan pada suatu informasi tertentu akan mempercepat proses mental
mengolah suatu rangsang. Misalnya dalam mengemudi, atensi yang mengarahkan
pengemudi pada situasi jalan raya akan mempercepat
reaksinya menginjak pedal rem jika menghadapi situasi membahayakan.
Atensi juga
terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama pada masa anak[2]
Groover
menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian
(attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran
yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian,
yaitu:
1.
Perhatian selektif (Selective Attention)
Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa
sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber
informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang
memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai.
Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi
dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang
paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber
informasi yang paling penting.
2. Perhatian terfokus (Focused
Attention)
Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa
input namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima
informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh
gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus
adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima
informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung
di depannya.
3.
Perhatian terbagi (Divided Attention)
Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima
informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan
sekaligus.
4. Perhatian yang terus menerus
(Sustained Attention)
Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat
sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi
ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.
5. Kurang perhatian (Lack of
Attention)
Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak
berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh
kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan
situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit
membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi
dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan
yang buruk.
B. Proses Atensi
Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
Proses otomatis tidak
melibatkan kesadaran, misalkan
mengarahkan pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi.
Memperhatikan secara otomatis dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan
suatu hal. Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga
menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan
tersebut.
Proses terkendali
biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk dapat
mengarahkan atensi secara terkendali. Biasanya proses terkendali membutuhkan
waktu lebih lama untuk dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.
Proses pembiasaan terhadap suatu hal selain membentuk proses otomatisasi, namun juga
membentuk habituasi
yang justru menyebabkan atensi menjadi berkurang pada hal-hal berkaitan
yang tidak menjadi fokus dari pembiasaan. Penginput data di komputer lebih
memperhatikan poin informasi yang biasa diinputnya, namun kadang-kadang luput
membaca informasi yang
berbeda dari biasanya. Proses pembiasaan tidak hanya menjalankan tugas atensi,
namun juga tugas-tugas lainnya seperti motorik, mengingat
dan lain-lain.
Ergonomi kognitif mempelajari kemampuan dan keterbatasan otak dan sistem
indera manusia ketika melakukan pekerjaan yang memiliki konten pemrosesan
informasi (Groover, 2007). Ergonomi kognitif penting untuk dipelajari karena
perkembangan pada sektor industri dimana pekerjaan memproses informasi dan
komunikasi semakin meningkat. Selain itu, peningkatan penggunaan peralatan
dengan teknologi canggih, mekanisasi, dan otomasi akan memberikan pengaruh
terhadap perilaku manusia dalam sistem manusia-mesin. Operator dapat dimodelkan
sebagai permroses informasi dari sistem yang harus memecahkan permasalahan
dengan menggunakan informasi dari sistem.
Manusia menerima stimulus baik dari luar maupun dalam tubuhnya. Bagian
tubuh yang menerima stimulus tersebut disebut reseptor. Terdapat 5 jenis indera
tubuh manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa, dan bau.
Reseptor pendengaran (audio) menerima 15-19% informasi dari seluruh informasi
yang diterima dan sebagian besar, yaitu 80% informasi, diterima manusia melalui
penglihatan (visual).
Stimulus yang diterima oleh indera tubuh manusia kemudian diteruskan
menjadi persepsi. Persepsi merupakan tahap kognitif dimana manusia menyadari
sensasi yang disebabkan oleh stimulus dan interpretasi informasi dari
pengalaman atau pengetahuannya (Groover, 2007). Proses persepsi terdiri dari
dua tahap, yaitu deteksi dan rekognisi. Deteksi terjadi pada saat manusia
menyadari adanya stimulus (bottom up processing), dan rekognisi terjadi ketika
manusia menginterpretasikan arti dari stimulus tersebut serta
mengidentifikasinya dengan pengalaman/pengetahuan sebelumnya (top down
processing).
Stimulus yang diterima oleh sistem indera tubuh kemudian diterima manusia
sebagai informasi dan disimpan dalam ingatan sensori. Ingatan ini memengaruhi
persepsi manusia dan kemudian menjadi ingatan kerja (ingatan jangka pendek).
Informasi baru dijaga dalam ingatan dengan adanya proses mental dan kemudian
disimpan dalam ingatan jangka panjang.
C. Jenis Fungsi
Atensi
Terdapat tiga
fungsi dalam melakukan atensi terkendali
Deteksi sinyal
Bertugas untuk
mendeteksi kemunculan dari rangsang khusus.
Atensi selektif
Memilih suatu
rangsang tertentu dan mengabaikan rangsang lainnya.
Atensi terbagi
Menempatkan sumberdaya atensi secara
bijaksana untuk mengkoordinasi pelaksanaan beberapa tugas sekaligus.
D. Neurologi Atensi
Atensi erat kaitannya dengan fungsi otak. Bagian otak yang
memproses atensi terletak pada anterior
di dalam frontal lobe yang
aktif pada proses atensi terkendali dan pada posterior di dalam parietal lobe. Atensi juga
melibatkan aktivitas saraf pada korteks penginderaan, terutama visual dan motorik.
Atensi visual
Semakin kecil
bayi semakin sulit untuk mengalihkan perhatian pada hal lain, karena gerak motorik dan mata masih
terbatas. Pada dewasa kerusakan pada posterior parietal lobe dapat menyebabkan pengabaian yang
parah pada integrasi kontralateral visual dan penginderaan
lainnya.
Gangguan pada
atensi
Beberapa gangguan
pada atensi menyebabkan terjadinya gangguan perilaku seperti pada autisme
Attention-deficit hyperactivity
disorder atau ADHD
2. PERSEPSI
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek berbeda-beda. Kita mungkin
sering mendengar kata-kata ini. Namun apa dan bagaimana persepsi itu? saya
mencoba menjelaskannya agar kita mengetahui lebih dalam mengenai persepsi. Artikel psikologi mengenai
persepsi ini diharapkan bisa membantu anda.
A. Pengertian Persepsi
Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang
menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Mangkunegara (dalam Arindita,
2002) berpendapat bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian arti atau makna
terhadap lingkungan. Dalam hal ini persepsi mecakup penafsiran obyek,
penerimaan stimulus (Input), pengorganisasian stimulus, dan penafsiran terhadap
stimulus yang telah diorganisasikan dengan cara mempengaruhi perilaku dan
pembentukan sikap. Adapun Robbins (2003) mendeskripsikan
persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana
individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.
Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang
merupakan proses aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang
mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan
pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi
stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan
pengamatan untuk dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera
dipergunakan sebagai penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar
proses pengamatan itu terjadi, maka diperlukan objek yang diamati alat indera
yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum adalah pandangan
seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa
seseorang akan bertindak.
Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi
dua pandangan, yaitu pandangan secara sempit dan luas. Pandangan yang sempit
mengartikan persepsi sebagai penglihatan, bagaimana seseorang melihat sesuatu.
Sedangkan pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagian besar dari individu menyadari
bahwa dunia yang sebagaimana dilihat tidak selalu sama dengan kenyataan, jadi
berbeda dengan pendekatan sempit, tidak hanya sekedar melihat sesuatu tapi
lebih pada pengertiannya terhadap sesuatu tersebut.
Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan
penerapan kita terhadap hal-hal di sekeliling individu dengan kesan-kesan atau
konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda tersebut. Untuk memahami
hal ini, akan diberikan contoh sebagai berikut: individu baru pertama kali
menjumpai buah yang sebelumnya tidak kita kenali, dan kemudian ada orang yang
memberitahu kita bahwa buah itu namanya mangga. Individu kemudian mengamati
serta menelaah bentuk, rasa, dan lain sebagainya, dari buah itu secara saksama.
Lalu timbul konsep mengenai mangga dalam benak (memori) individu. Pada
kesempatan lainnya, saat menjumpai buah yang sama, maka individu akan
menggunakan kesan-kesan dan konsep yang telah kita miliki untuk mengenali bahwa
yang kita lihat itu adalah mangga (Taniputera, 2005).
Dari definisi persepsi di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa persepsi merupakan suatu proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur
dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman-pengalaman
yang ada dan kemudian menafsirkannya untuk menciptakan keseluruhan gambaran
yang berarti.
B. Proses Persepsi dan Sifat Persepsi
Alport (dalam Mar’at, 1991) proses persepsi merupakan
suatu proses kognitif yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, dan
pengetahuan individu. Pengalaman dan proses belajar akan memberikan bentuk dan
struktur bagi objek yang ditangkap panca indera, sedangkan pengetahuan dan
cakrawala akan memberikan arti terhadap objek yang ditangkap individu, dan
akhirnya komponen individu akan berperan dalam menentukan tersedianya jawaban
yang berupa sikap dan tingkah laku individu terhadap objek yang ada.
Walgito (dalam Hamka, 2002) menyatakan bahwa terjadinya
persepsi merupakan suatu yang terjadi dalam tahap-tahap berikut:
1) Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama
proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus
oleh alat indera manusia.
2) Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses
fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor
(alat indera) melalui saraf-saraf sensoris.
3) Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama
proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang
stimulus yang diterima reseptor.
4) Tahap ke empat, merupakan hasil yang diperoleh dari
proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan,
bahwa proses persepsi melalui tiga tahap, yaitu:
1) Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun
stimulus sosial melalui alat indera manusia, yang dalam proses ini mencakup
pula pengenalan dan pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2) Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi
serta pengorganisasian informasi.
3) Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam
menanggapi lingkungan melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman,
cakrawala, serta pengetahuan individu.
Menurut Newcomb (dalam Arindita, 2003), ada beberapa
sifat yang menyertai proses persepsi, yaitu:
1)
Konstansi
(menetap): Dimana individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri
walaupun perilaku yang ditampilkan berbeda-beda.
2)
Selektif: persepsi dipengaruhi oleh keadaan
psikologis si perseptor. Dalam arti bahwa banyaknya informasi dalam waktu yang
bersamaan dan keterbatasan kemampuan perseptor dalam mengelola dan menyerap
informasi tersebut, sehingga hanya informasi tertentu saja yang diterima dan
diserap.
3) Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan
informasi yang sama dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda.
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor
Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
Fisiologis.
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang
berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian.
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
Minat. Persepsi
terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau
perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari
stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
Kebutuhan yang
searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
Pengalaman dan
ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.
Suasana hati.
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan
seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam
menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor
Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi adalah :
Ukuran dan
penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini
akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu
obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
Warna dari
obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
Keunikan dan
kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan
sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak
menarik perhatian.
Intensitas dan
kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih
sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan
dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
Motion atau
gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Thoha (1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya
terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal berasal dari dlam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu
yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik.
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
Dijelaskan oleh Robbins (2003) bahwa meskipun individu-individu memandang pada satu benda yang sama, mereka dapat mempersepsikannya berbeda-beda. Ada sejumlah faktor yang bekerja untuk membentuk dan terkadang memutar-balikkan persepsi. Faktor-faktor ini dari :
1) Pelaku persepsi (perceiver)
2) Objek atau yang dipersepsikan
3) Konteks dari situasi dimana persepsi itu dilakukan
Berbeda dengan persepsi terhadap benda mati seperti meja,
mesin atau gedung, persepsi terhadap individu adalah kesimpulan yang
berdasarkan tindakan orang tersebut. Objek yang tidak hidup dikenai hukum-hukum
alam tetapi tidak mempunyai keyakinan, motif atau maksud seperti yang ada pada
manusia. Akibatnya individu akan berusaha mengembangkan penjelasan-penjelasan
mengapa berperilaku dengan cara-cara tertentu. Oleh karena itu, persepsi dan
penilaian individu terhadap seseorang akan cukup banyak dipengaruhi oleh
pengandaian-pengadaian yang diambil mengenai keadaan internal orang itu
(Robbins, 2003).
Gilmer (dalam Hapsari, 2004) menyatakan bahwa persepsi
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan
pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena
ada beberapa faktor yang bersifat yang bersifat subyektif yang mempengaruhi,
maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain.
Oskamp (dalam Hamka, 2002) membagi empat karakteristik
penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang terdapat dalam persepsi,
yaitu:
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
a. Faktor-faktor ciri dari objek stimulus.
b. Faktor-faktor pribadi seperti intelegensi, minat.
c. Faktor-faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang kultural.
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan
struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal.
Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis
kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah
faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat
berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu.
Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa
persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal, yaitu faktor
pemersepsi (perceiver), obyek yang dipersepsi dan konteks situasi persepsi
dilakukan.
D. Aspek-aspek Persepsi
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi
dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport
(dalam Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
1.
Komponen kognitif
Yaitu komponen yang tersusun atas
dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu
tentang obyek sikap tersebut.
2.
Komponen Afektif
Afektif berhubungan dengan rasa
senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan
nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3.
Komponen Konatif
Yaitu merupakan kesiapan seseorang
untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya.
Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996)
menyatakan bahwa sikap itu mengandung tiga komponen yang membentuk struktur sikap,
yaitu:
1) Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen
yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan
hal yang negatif.
3) Komponen konatif (komponen perilaku, atau action
component), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak
terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap.
Rokeach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam
persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap
merupakan predisposing untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa
sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predis posisi untuk berbuat
atau berperilaku.
Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi
mengandung komponen kognitif, komponen afektif, dan juga komponen konatif,
yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap seseorang
pada suatu obyek sikap merupakan manifestasi dari kontelasi ketiga komponen
tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku
terhadap obyek sikap. Ketiga komponen itu saling berinterelasi dan konsisten
satu dengan lainnya. Jadi, terdapat pengorganisasian secara internal diantara
ketiga komponen tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arindita, S. 2003.Hubungan antara
Persepsi Kualitas Pelayanan dan Citra Bank dengan Loyalitas Nasabah. Skripsi
(tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Gerungan, W. A. 1996. Psikologi
Sosial. (edisi kedua). Bandung : PT Refika Aditama.
Hamka, Muhammad. 2002. Hubungan
Antara Persepsi Terhadap Pengawasan Kerja dengan Motivasi Berprestasi. Skripsi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Fakultas Psikologi. Tidak diterbitkan.
Kotler, Philip. 2000. Marketing
Manajemen: Analysis, Planning, implementation, and Control 9th Edition,
Prentice Hall International, Int, New Yersey
Mar’at, 1991.
Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Robbins, S.P. 2003. Perilaku
Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Garmedia.
Rosyadi, I. 2001. Keunggulan
kompetitif berkelanjutan melalui capabilities-based competition: Memikirkan
kembali tentang persaingan berbasis kemampuan. Jurnal BENEFIT, vol. 5, No. 1,
Juni 2001. Surakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Catatan kaki
[1]Sternberg.
R.J. (2006) Cognitive Psychology Bellmont,CA:Thomson Wadsworth
[2]Bjorklund.
D.F (2000) Children's thinking: Developmental function and individual
differences. 3rd ed.Bellmont, CA:Wadsworth
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT. Yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelasaikan pembuatan
makalah dengan judul “Atensi dan Persepsi” dengan tepat waktu. Tidak lupa
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan
inspirator terbesar dalam segala keteladanannya.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Psikologi
Umum yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Psikologi
Umum.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah
ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim penulis
khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis
harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang
lain dan pada waktu mendatang.
Kuningan, Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….…
|
i
|
|||
DAFTAR ISI …………………………………………………………….…..
|
ii
|
|||
BAB
|
I
|
:
|
PENDAHULUAN ……………………………………..…..
|
1
|
BAB
|
II
|
:
|
PEMBAHASAN …………. ……………………………....
|
2
|
1.
ATENSI ……………………………………. …………
|
2
|
|||
A.
Sifat Atensi
....................................................……
|
2
|
|||
B. Proses Atensi…………………… ..……………......
|
3
|
|||
C. Jenis Fungsi Atensi …………..……………………
|
5
|
|||
D. Neurologi Atensi ……….………………………….
|
5
|
|||
2. PERSEPSI
...............................................................
|
6
|
|||
A.
Pengertian Persepsi
......................................……
|
6
|
|||
B.
Proses Persepsi dan Sifat Persepsi .....................
|
8
|
|||
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ........
|
9
|
|||
D.
Aspek-aspek Persepsi .........................................
|
13
|
|||
BAB
|
III
|
:
|
KESIMPULAN ………………………………………….…
|
15
|
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
|
17
|
BAB III
KESIMPULAN
Faktor-faktor
yang mempengaruhi persepsi
pada dasarnya
dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
1. Faktor
Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang
terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
Fisiologis.
Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap
lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang
berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
Perhatian.
Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
Minat. Persepsi terhadap
suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual
vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan
kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau
dapat dikatakan sebagai minat.
Kebutuhan yang
searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu
mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
Pengalaman dan
ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh
mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu
rangsang dalam pengertian luas.
Suasana hati.
Keadaan emosi
mempengaruhi perilaku
seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang
dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor
Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari
linkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut
dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan
mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi persepsi adalah :
Ukuran dan
penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini
akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu
obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
Warna dari
obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah
dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
Keunikan dan
kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan latarbelakang dan
sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak
menarik perhatian.
Intensitas dan
kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih
sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan
dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
Motion atau
gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Terimakasih pak makalah ini yang saya cari kebetulan saya juga kuliah di ciawigebang di UNISA...
BalasHapus